Selasa, 30 Maret 2010

intra arterial infussion chemotherapi cancer cervix III b



















Penderita ny M, 52 th dari gresik , dengan perdarahan sejak 4 bulan dan mengeluh sakit pinggang kanan dan kiri, physic baik , hasil lab EKG : normal

Laboratorium

Hb : 11,4 Leuco. : 9460 Tromb : 386.000 SGOT/PT : 4,6 / 2,2

BUN / SK : 9,0 / 1,0 PPT : 14,7 (16,0) APPT : 1,05 (0,92)

Na/K : 4,0 /1,421 HbsAg : negative

Hasil biopsy ternyata Cacervix III b dan hasil pemeriksaan radiologi ternyata terdapat hydronephrosis berat kanan dan dengan mass yang menginfiltrasi buli.

Pada penderita dilakukan pemasangan DG stent, ternyata pada sisi kanan gagal masuk hanya berhasil sisi kiri ( pada ginjal normal ). Pemasangan DG stent terpaksa dilakukan ok infiltrasi luas daric a cervix kedalam buli.

Penderita direncanakan intra arterial infusion chemotherapy , ditujukan ke arteria uterine kanan dan kiri untuk memberikan respon local. Carboplatin 250 mg dan epirubicin 40 mg dan ondan setron 8 mg intra arterial.

Pada penelitian Yoshihiro Yamakawa dkk, penderita ca cervix III b, sebanyak 26 , diberikan intra arterial infusion chemotherapy, lebih dari 2 x setiap 3 minggu menggunakan kombinasi dari 17,5 mg / m2bleomycin, 7 mg / m 2mitomycin-C, dan 75 mg / m2sisplatin melalui bilateral arteri iliaka internal. Temuan patologis dievaluasi dengan pemeriksaan histologis bedah spesimen. Sebuah nonrandomized kelompok kontrol yang terdiri dari 120 pasien yang menjalani pengobatan konvensional antara tahun 1980 dan 1991 digunakan untuk perbandingan.

Hasil. Sembilan belas (73,1%) dari 26 pasien menanggapi kemoterapi awal, memungkinkan histerektomi radikal dengan lymphadenectomy panggul di 14 pasien. Sisanya 5 pasien menerima radioterapi. Salah satu dari 7 nonresponders mampu menjalani pembedahan radikal. Patologis tanggapan lengkap ditemukan di 4 dari 15 pasien yang menjalani pembedahan radikal. Insidensi metastasis kelenjar getah bening, parametrial infiltrasi, dan ruang vaskular keterlibatan dalam 15 pasien yang menerima NAIC diikuti oleh pembedahan radikal secara signifikan lebih rendah daripada pada kelompok kontrol (13,3, 6,7, dan 13,3% vs 54,2, 43,8, dan 60,4% ). Keseluruhan 5 tahun diperkirakan tingkat kelangsungan hidup secara signifikan lebih tinggi untuk semua 26 pasien yang menerima NAIC (80,0%) dibandingkan dengan kelompok kontrol (59,6%). Pada tahap II dan III, 5 tahun survival rate untuk pasien yang menerima NAIC secara signifikan lebih tinggi dibanding kelompok kontrol (83,3 dan 68,1 vs 77,8% dan 49,8%).

Kesimp: tampaknya pengobatan intra arterial infusion chemotherapy memberikan respon therapy yang cukup baik


advanced hepatoma dengan intra arterial infussion chemotherapi

Advanced hepatocellular carcinoma (HCC) dengan portal vein thrombosis memiliki prognosis buruk. Studi ini dilakukan untuk mengevaluasi efek terapi intra-arteri infus kemoterapi di HCC lanjut , dan mencoba untuk mengidentifikasi faktor-faktor prognostik yang dapat mempengaruhi kelangsungan hidup. Research dilakukan oleh J. Cheong, dkk

Kasus yang saya hadapi adalah , kasus di mana imun system tubuh penderita jelek, dimana hepatitis Ag selalu +, kondisi physic baik, tetapi AFP tinggi mencapai 35 000 U dimana sebelumnya 10 000 U dan kemudian menurun menjadi dibawah 8000 u. Saat ini yang dihadapi adalah menurunnya thrombosit penderita yang tidak berhasil di naikkan dengan dengan memberikan transfuse packcell, Child puch kriteria A, dan Hepatoma telah menyebar luas ke jaringan hepar, tidak didapatkan cirrhsosi.

Berbeda yang dilakukan oleh Cheong dkk, yang melakukan pengamatan pada kelompok hepatoma, sebagai berikut :

Metode dan bahan-bahan:

Antara Januari 1995 dan Januari 2001, total 102 pasien dengan HCC lanjut dengan trombosis vena portal yang terdaftar dan dibagi menjadi tiga kelompok: kelompok 1 (n=24) hanya dikelola dengan mendukung perawatan, kelompok 2 (n=25) menerima kombinasi sistemik kemoterapi dan kelompok 3 (n=52) menerima infus intra-arteri kemoterapi dengan 5-fluorourasil+sisplatin melalui implan chemoport.

Hasil:

Satu tahun tingkat ketahanan hidup adalah 0, 4, 21% dan median survivals adalah 2, 4, 6 bulan dalam kelompok 1, 2, 3, masing-masing (p=0,003). Ketika kita membagi kelompok 3 pasien ke jangka panjang (lebih dari 8 bulan) atau jangka pendek yang selamat, yang selamat jangka panjang yang secara signifikan tingkat rendah serum AST (p=0,032) dan alkalin fosfatase (p=0,033). Terutama, semua pasien perempuan (n=9) bertahan lebih dari 8 bulan (p=0,000). Faktor prognostik menguntungkan lain untuk bertahan hidup adalah sirosis Child-Pugh kelas A (p=0,003), hanya satu cabang utama keterlibatan v. porta oleh tumor (p=0,005), peningkatan kehadiran tumor bagian dalam fase arteri CT scan (p=0,044), peningkatan kehadiran non-tumor bagian dalam fase portal CT scan (p=0,029).

Kesimpulan

Intra-arterial infus kemoterapi dicapai hasil yang baik dalam lanjutan HCC dengan trombosis vena portal dan menunjukkan kelangsungan hidup yang lebih baik di beberapa pasien.

Penderita yang kami rawat masih survive baik, setelah 6 bulan, tetapi tendensi hasil pemeriksaan laboratorium menjelek

Rabu, 10 Maret 2010

EMBOLITHERAPY PADA PAVM ( pulmonary AVM )

Tanda dari PAVM adalah stroke atau transisen ischemic attack pada sekitar 50 % penderita, absces otak pada 10 % penderita dan hemoptysis atau hemopnemothorax pada 8 % penderita. Trans catheter embolisasi pada PAVM nampaknya merupakan indikasi untuk penderita dengan tanda diatas atau feeding arteri lebih besar dari 3 mm diameternya, Diagnosis PAVM dilakukan dengan CT atau angiography, Saat ini dengan helical CT dapat dilakukan penggambaran dari anatomis dengan lebihi akurat dari angiography. Sebelum dilakukan embolotherapi , jumlah dan ukuran serta panjang dari feeding arteri harus ditentukan untuk menentukan besar dan type dari bahan embolic material . Stainless steel coil dan latex ballon telah dipergunakan secara luas, tetapi pemilihan hanya berdasarkan pada pemilihan personal dan keberadaan bahan. Bahan berupa partikel capat digunakan karena resiko akan terjadinya komplikasi emboli sistemik . Lebih suka menggunakan coil steel karena ada dalam bentukan yang siap pakai dipasaran. Pulmonary angiography kanan atau kiri dan biasaya digunakan pigtail kateter . Meskipun demikian bila lokasi dari PAVM telah diketahui dengan tepat, dengan menggunakan 5 F kateter jenis head hunter dapat dilakukan super selectif kateterisasi sampai kesegmental branch dan digital substraction angiography dapat dilakukan dengan menggunakan berbagi arah untuk mendapatkan arah penutupan dari feeding arteri, nidus dan draining vein. Sebelum embolisasi dilakukan, ujung kateter harus diletakkan pada feeding arteri sedekat mungkin untuk mencegah terjadinya emboli pada jaringan paru yang normal.

Microkateter dapat digunakan secara coaxial. Coil dengan ukuran sedikit lebih besar dari feeding arteri dan draining vein yang kita pilih. Komplikasi dari prosedur dapat terjadi dimana terjadi salah letak dari bahan emboli dan akan terjadi efek secundair dari embolisasi. Embolisasi pada arteri sistemik terjadi pada 6 % penderita dimana dilakukan prosedur dari Haitjema, Infark dari paru dapat terjadi bila embolisasi dilakukan proximal dari feeding arteri dan menghasilkan penutupan dari pembuluh darah yang memberikan supply pada jaringan paru normal. Pleuritis dapat terjadi pada penderita sekitar 10 – 14 %, Perikateter thrombosis dan venous thrombosis dilaporkan terjadi, dan penggunaan anticoagolan dengan heparin selama prosedur dianjurkan. Tidak tersumbatnya PAVM akan berkembang dengan pelan- pelan dan perfusi kembali atau kembuh dari PAVM dilaporkan sekitar 10 % yang dilakukan pengobatan dengan coil. Ini kemungkinan akibatkan dari kembalinya perfusi dan pertumbuhan dari feeding arteri accesoris, Follow Up imaging perlu dilakukan setelah dilakukan embolotherapy pada PAVM.

EMBOLOTHERAPY PADA BRONCHIAL ARTERI

Paling penting adalah kwalitas angiography yang baik, dari arteri bronchialis dan dikaitkan dengan non bronchial arteri sebagai sistem kolateral harus dilakukan pemeriksaan.

Bila perlu dilakukan aortography thoracalis atau arteriography subclavia harus dilakukan untuk menentukan gambaran anatomis dan menentukan lokasi dari kelainan secara anatomis atau adanya arteri bronchialis accesoris dan parasitic non bronchial arteri. Arteri bronchialis berasal dari aorta thoracalis diantara T3 dan T7 vertebra, tetapi paling sering antara T5 dan T6 vertebra. Pada sekitar 60 % individu, terdapat single bronchial arteri sebelah kanan berasal dari arteri intercosto bronchial trunckus dari sisi posterolateral dari aorta thoracalis. Multiple bronchial arteri seringkali didapatkan pada sisi kiri dan ini lebih jarang bermuara dari arteri intercostalis. Arteri brochialis communis yang merupakan trunchus didapatkan sekitar 45 % penderita dan 35 % dari individu mempunyai arteria bronchialis aberans yang berasal dari tambahan arteri intercostalis, thyreocervikalis, costocervikalis trunc, arteri mamaria interna atau dari arcus aorta bagian bawah.

Setiap arteri yang memberikan supply pada dinding thorax dan diafragma dapat merupakan systemic non bronchial colateral arteri pada keadaan dimana terdapat kelainan pada pleura dan paru. Pembuluh darah ini mulai dari arteri intercosatalis, inferior phrenic, mamaria interna, lateral thoraxic thyreocerrvical dan coxtocervical arteri. Pembuluh darah ini memberilkan supply pada paru setelah cros langsung dengan pleura pada daerah dari pleura yang menebal atau perlekatan. Pembuluh darah ilni memegang peranan penting didalam perdarahan terutama kasus yang recuren.

Semua gambaran angiography harus dievaluasi dengan teliti untuk melihat opasofikasi pada arteri spinalis dimana sering kali keluar dari intercostal arteri dan cabang dari arteri subclavia. Arteri spinalis nampak memberikan gambaran yang khas yakni bentuk “ hairpin “ loop yang melintasi tulang belakang yang dipakai sebagai identifikasi. Adanya spinal arteri merupakan relatif kontra indikasi untuk dilakukan terapi embolisasi dari pembulh darah didekatnya, tetapi dalam beberapa keadaan tidak memberikan jaminan adanya bronchial arteri diantara muara spinal arteri yang membantu dengan bantuan coaxial kateter. Beberapa penulis telah menggunakan somatosensory untuk merangsang dan memonitor prosedur emboli untuk mengurangi resiko terjadinya ischemia pada spinal cord.

Bahan emboli yang digunakan 1 mm partikel gelatin sponge. Tidak dilakukan stainless steel coil oleh karena alat ini cenderung akan menyumbat pembuluh darah lebih proximal. Dan akan menyebabkan emboli perlu dilakukan embolisasi ulangan bila terjadi hemoptisis kembali. Juga tidak dilakukan embolisasi dengan menggunakan alkohol absolut oleh karena dapat memberikan komplikasi yang berat.

Transkateter embolisasi dari arteri bronchialis sangat effectif untik kontrol batuk darah dan dari hasil pengamatan perdarahan akut akan berhenti ada 86 – 98 % penderita dan ini merupakan perbaikan hasil pengobatan yang sangat baik. Penjelasan dari hal ini disebabkan penggunaan mikro kateter dan hasilnya bahan emboli yang kini terdapat di pasaran dan juga tehnik – tehnik yang semakin baik.

Hasil pengobatan dalam waktu lama sangat baik. Perdarahan ulang diperkirakan 10 – 50 % dari semua penderita yang kontrol. Ini tidak mengejutkan oleh karena penyakit yang mendasarinya tidak terpengaruh dengan dilakukan embolisasi dan collateral arteri telah terjadi. Kontra versi masih ada untuk menggunakan bahan emboli yang permanen seperti NBCA atau polivinyl alcohol.

EMBOLOTHERAPI PADA KELAINAN THORAX

Emboloterapi adalah merupakan tehnik yang efektif pada beberapa kelainan thorax, Perdarahan yang massive adalah merupakan kelainan yang paling popular sebagai indikasi untuk dilakukan emboloterapi. Perdarahan lebih dari 300 – 600 cc dalam waktu 24 jam merupakan kelainan yang serius dan dapat menyebabkan prognosis dari penderita menjadi jelek. Mortalitas dapat mencapai 50 sampai 100 % pada penderita yang dilakukan pengobatan secara medical dan mencapai 35 % pada penderita yang dilakukan operasi. Perdarahan dapat berasal dari surkulasi sistemik atau pulmoner. Meskipun demikian arteri bronchialis dan non bronchialis sustemic colateral supplying tracheo bronchial tree adalah merupakan pembuluh darah yang paling sering terkena. Disamping itu transkateter embolisasi dari arteria bronchialis dan non bronchial sistemik arteri colateral merupakan metode pilihan yang banyak diterima dan sebagai metode pilihan pada 20 tahun terakir. Emboloterapi dari arteri pulmonalis adalah merupakan indikasi utama pada pengobatan pulmonary AVM dan dikaitkan dengan cacat klinik yang menyebabkan dispnea, stroke,l abscess otak dan hemoptysis dimana angka kematian dapat mencapai 11 %. Di negara barat PAVM dikaitkan dengan kelainan heriditer haemorrhagic teleangiectasis dimana seklitar 60 – 90 % dari penderita yang mempunyai teleangiectasis termasuk kelainan ada kulit,hidung dan gastro intestinal mucosa Meskipun demikian PAVM dikaitkan dengan teleangiectasis dimana banyak dilaporkan artikel di Jepang. Arterio venous comunikasi dalam group ini nampak pada paru , otak dan gastro intestinal.